Kamis, 17 Desember 2009

Uji daya Mikro Organisme dan Anti Septik

LAPORAN PRAKTIKUM
BAB I
PENDAHULUAN

    1. Latar Belakang

Telah diketahui bahwa mikroba ada yang menguntungkan dan ada pula yang merugikan, adapun mikroba yang merugikan dapat disingkirkan, dihambat dengan atau dibunuh menggunakan bahan kimia, pertumbuhan bakteri dapat dihambat oleh faktor-faktor lain yaitu oleh sinar matahari, logam suhu, dll. Berbagai jenis bahan kimia yang dibuat secara sintetik telah banyak dimanfaatkan orang untuk menyembuhka luka dan telah diuji khasiatnya, zat yang demikian disebut dengan zat antiseptic (Utami,2004).
Pada pengamatan ini sangat penting sekali untuk dilakukan untuk dapat mengetahui antiseptic yang mana dapat menghambat pertumbuhan bakteri

    1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:

  1. Bagaimana pengujian daya antimikroba terhadap bakteri?


  2. Bagaimana mengidentifikasi uji terhadap antibakteri?


    1. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan maka dapat diambil suatu tujuan praktikum

  1. Mahasiswa dapat melakukan pengujian daya antimikroba terhadap bakteri


  2. Mahasiswa dapat mengidentifikasi uji terhadap antibakteri

BAB II
KAJIAN PUSTAKA


2.1 Pengertian Antiseptik
Antiseptik adalah larutan antimikroba yang digunakan untuk mencegah infeksi, sepsis, dan putrefaksi. Antiseptik berbeda dengan antibiotik dan disinfektan, yaitu antibiotik digunakan untuk membunuh mikroorganisme di dalam tubuh, dan disinfektan digunakan untuk membunuh mikroorganisme pada benda mati. Beberapa antiseptik merupakan germisida, yaitu mampu membunuh mikroba, dan ada pula yang hanya mencegah atau menunda pertumbuhan mikroba tersebut. Antibakterial adalah antiseptik hanya dapat dipakai melawan bakteri (Anonymous,2006).


2.2 Macam-Macam Antiseptik

  • Sabun biasa

Sebagai perbandingan, bagaimana penggunaan sabun biasa di banding antiseptik? Meskipun tidak mengandung antiseptik, sabun cukup berguna untuk cuci tangan karena dapat menghilangkan kuman yang mampir di kulit, tetapi tidak untuk yang berkoloni. Cuci tangan dengan sabun selama 30 detik cukup mematikan banyak kuman. Terjadi penurunan risiko radang paru-paru pada balita yang terbiasa cuci tangan, juga angka diare dan infeksi kulit pada anak yang lebih besar. Tetapi, penggunaannya kurang disarankan untuk petugas kesehatan karena sabun bisa terkontaminasi kuman dan diteliti malah menambah kuman di tangan petugas. Sabun juga dapat menimbulkan iritasi dan kekeringan kulit bila tidak ditambahkan pelembab (Anonymous,2006).

  • Alkohol

Antiseptik berbahan alkohol banyak beredar dan sudah dikenal sejak tahun 1930-an. Biasanya dipakai sebagai disinfektan kulit. Alkohol yang dipakai berbentuk ethanol (60-95%) dan isopropyl alkohol (50-91,3%). Alkohol memiliki efek mematikan hampir semua jenis kuman termasuk tuberkulosis, jamur, dan beberapa virus. Karena tidak membunuh spora, alkohol tidak dianjurkankan untuk mensterilisasi alat. Alkohol 100% malah kurang mempan untuk antiseptik karena tidak mengandung air (Anonymous,2006).
Bentuk di pasaran saat ini yang dilengkapi pelembab bisa menambah aktivitas antimikrobanya. Efek samping biasanya iritasi dan kulit kering. Juga, bentuk isopropyl alkohol dikatakan lebih beracun namun untuk penggunaan di kulit cukup aman. Alkohol banyak dipakai sebelum melakukan tindakan medis karena bersifat cepat membunuh kuman meski cepat pula efeknya hilang. Selain itu, alkohol tidak bisa menggantikan “wastafel” karena bila kulit terkontaminasi darah atau cairan tubuh, tetap harus dicuci sabun dan air. Untungnya hingga saat ini, belum dilaporkan adanya kuman yang resisten terhadap sediaan ini (Anonymous,2006).

  • Iodin

Bentuk yang dikenal ada dua yaitu iodium tincture dan iodofor di kenal sebagai povidon iodin. Warnanya kecoklatan dengan bau yang khas, bersifat iritatif, dan mewarnai kulit. Kalau kita melihat kemasan obat antiseptik, kadarnya berkisar 9-12%. Sediaan ini tak hanya membunuh kuman di kulit sehat, tetapi juga mampu diserap kulit yang mati, luka atau rusak. Povidon iodin cukup efektif membunuh berbagai kuman, protozoa, jamur, dan virus. Meskipun begitu, masih kalah dengan iodin tincture dalam hal membunuh spora ataupun beberapa jenis jamur. Selain itu, povidon iodin cepat dinetralkan oleh darah atau cairan tubuh sehingga efektivitasnya bisa menurun. Penggunaannya masih diwaspadai pada wanita hamil dan menyusui karena diserap tubuh dan kemungkinan mencetuskan gangguan tiroid sementara pada janin atau bayi (Anonymous,2006).

  • Triclosan

Kandungan triclosan banyak dipakai dalam bentuk sabun, antiseptik, bedak, sikat gigi, deodoran, dan sebagainya. Kerjanya adalah merusak dinding sel kuman. Waktu membunuh kumannya lebih lama tetapi cukup bisa bertahan di kulit, jadi bersifat melindungi kulit. Bagus untuk melawan bakteri dan virus namun kurang untuk kuman tuberkulosis dan jamur. Efektivitasnya dipengaruhi pH dan kelembaban sehingga perlu pula memperhatikan bentuk formulanya. Meskipun bisa diserap kulit, tetapi dilaporkan tidak ada efek samping pada penggunaan jangka pendek. Triclosan dilaporkan cukup aman tetapi belum ada bukti efektivitasnya terutama untuk penggunaan rumah sakit (Anonymous,2006).


BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Tempat dan Waktu
Pada praktikum kali ini dilakukan di laboratorium biologi uin Malang. Pada tanggal 21 juni 2007.


3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah:

  • Paper disk


  • Catton buds


  • Tabung reaksi


  • Rak tabung


  • Cawan perti



3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah:

  • Media lempeng nutrient agar (NA) steril


  • Berbagai zat yaitu sabun yang mengandung antiseptic (casson), sunlight,dan antis



3.3 Langkah Kerja

    1. Menyediakan dua media NA steril dan masing-masing memberi kode sesuai dengan bakteri yang di uji


    2. Menginokulasi secara merata masing-masing biakan murni bakteri kepermukaan medium NA sesuai dengan kodenya. Caranya ialah secara aseptic dengan menyelupkan ujung 'catton buds' kedalam medium nutrien cair, kemudian mengoleskan pada permukaan medium lempeng NA sampai rata.


    3. Membuat modifikasi paper disk dan menyiapkan sejumlah zat antiseptic yang di uji. Caranya dapat di buat dari kertas hisap yang dibentuk bulat menggunakan perfemator. Merendam paper disk di dalam zat antiseptic selama 15menit


    4. Menyiakan media lempeng NA steril, sementara itu dibagi menjadi 3 sektor sesuai dengan antiseptic


    5. Meletakkan paper disk yang sudah direndam dalam antiseptic menggunakan pinset steril pada permukaan media NA yang sudah dinokulasikan bakteri. Mengatur jarak antara paper disk agar tidak terlalu dekat, menyesuaikan dengan kode sektornya


    6. Menginokulasi kedua sediaan yang sudah diperlakukan ini pada suhu 3700C selama 1x24 jam


    7. Mengukur diameter zona hambat dari pertumbuhan bakteri pada masing-masing perlakuan, mencatat hasil pengamatan

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Pada hasil pengamatan yang telah dilakukan yaitu untuk mengetahui zona hambat pada prodak antiseptic yaitu menggunakan sabun casson, sunlight, dan antis, tidak ada zona hambat sama sekali prodak yang telah digunakan pada pengamatan untuk menghambat pertumbuhan jamur.


4.2 Pembahasan
Pada pengamatan yang telah dilakukan dengan menguji prodak-prodak antiseptic yaitu menggunakan sabun,sungligh dan bytadin. Pada pengamatan yang telah dilakukan bahwa prodak tersebut tidak bias menghambat bakteri sebagai bukti bahwa pada paper disk yang sudah direndam dalam antiseptic menggunakan pinset steril pada permukaan media NA yang sudah dinokulasikan bakteri. Mengatur jarak antara paper disk agar tidak terlalu dekat, menyesuaikan dengan kode sektornya, masih terdapat mikroba dan tidak terdapat zona hambat sama sekali.
Berdasarkan prodak yang digunakan bahwa menurut informasinya telah terdapat berbagai bahan kimia yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba atau bakteri-bakteri dan kuman. Tapi pada pengamatan tersebut, kenyataannya dalam pengamatan bahkan tidak terdapat zona hambat sama sekali.
Menurut Wheller (1993), sabun bertindak terutama sebagai agen aktif-permukaan yaitu menurunkan tegangan permukaan. Efek mekanik ini penting karena bakteri, bersama minyak dan partikel lain, menjadi terjaring dalam sabun dan dibbuang melalui proses pencucian. Namun, sabun sebagaimana yang biasanya digunakan tidak dapat digolongkan sebagai germisida. Meskipun sabun adalah bakterisida ringan, kontaknya biasanya terlalu singkat untuk untuk menghasilkan banyak efek yang merusak. Walaupun demikian bakteri yang lemah seperti gonokokus, meningokokus, dan pneumokokus mungkin segera mati dengan kerja kimia sabun.
Deterjen meliputi kelompok besar agen aktif permukaan, agen-agen ini biasanya lebih aktif terhadap organisme gram positif dari pada gram negative dan kelihatannya mengeluarkan pengaruh disinfeksinya dengan perusakan membrane dan denaturasi protein. Deterjen yang mempunyai muatan positif disebut deterjen kation, sedang yang mempunyai muatan negative disebut detergen anion (Wheller, 1993).
Adanya ketidak mampuan antiseptic dalam membasmi bakteri dalam melakukan pengamatan tersebut. Praktikan mendapatkan literature bahwa zat antiseptic bisa merusak gigi. Walaupun jenis jamur,dan antiseptic yang digunakan berbeda dalam pengamatan yang telah dilakukan, literature yang didapat hanya untuk perbandingan dengan prodak lain. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit terbesar kedua yang diderita oleh 98 persen populasi manusia di dunia. Padahal kebanyakan orang telah memiliki kebiasaan merawat giginya.
Menurut ahli gigi dari PT Enzym Bioteknologi Internusa, Drg MD Vella Momang, kondisi ini berbeda dengan zaman purba. Dari fosil-fosil purba yang ditemukan tidak ditemukan kerusakan gigi. Hal itu disebabkan adanya pelindung alamiah rongga mulut, yaitu air ludah. Orang purba mempunyai pola makan alamiah sehingga air ludah mereka tidak rusak."Sementara itu orang modern saat ini air ludahnyanya dirusak oleh makanan modern (mengandung zat pewarna, perasa, pengawet), antiseptik dan detergen dalam pasta gigi. Padahal di dalam ludah ada sistem laktoperoksidae yang berfungsi mengendalikan pertumbuhan bakteri sehingga bakteri tidak berkembang biak. sistem laktoperoksidae tersebut rusak, maka bakteri tumbuh tidak terkendali dan menyebabkan penyakit. Seseorang yang mempunyai penyakit gigi dan mulut umumnya giginya berlubang, mengalami radang gusi, sariawan dan bau mulut."Penyakit tersebut bisa disembuhkan dengan pasta gigi yang mengandung enzim amiloglukosidae dan glukooksidae yang akan memperbaiki kerusakan sistem laktoperoksidae ludah. Ini dimungkinkan karena keseimbangan bakteri dalam rongga mulut kita terjaga. Menurut Institusional Relationship Manager PT Enzym Bioteknologi Internusa, Drg Evi Nurhayati, kerusakan gigi pada anak-anak sangat disayangkan karena masa itu merupakan periode emas pembentukan fisik dan kecerdasan. Gigi anak (periode gigi susu) ternyata mempunyai kontribusi yang cukup besar bagi perkembangan fisik, kecerdasan dan mempengaruhi normal dan memicu produksi ludah yang cukup."Di dalam air ludah terdapat 40-50 macam protein yang berguna untuk fisik dan inetelgensi anak. Pasta gigi enzim anak dapat melindungi gigi dari kerusakan karena mengandung enzim nabati dan tanpa detergent sehingga aman jika tertelan anak (Anonimous,2006).
BAB V
KESIMPULAN


Antiseptik adalah larutan antimikroba yang digunakan untuk mencegah infeksi, sepsis, dan putrefaksi.

  • Antiseptik yang terdapat pada prodak sabun casson tidak terdapat zona hambat sekali, bakteri tumbuh diseluruh permukaan media


  • Antiseptik yang terdapat pada prodak antis tidak terdapat zona hambat sekali, bakteri tumbuh diseluruh permukaan media


  • Antiseptik yang terdapat pada prodak sunligh tidak terdapat zona hambat sekali, bakteri tumbuh diseluruh permukaan media


DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2006. Antiseptik. Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.http://id.wikipedia.org/wiki/Antiseptik. Akses 3 juli 2007

Anonymous. 2007. special untuk ibu. http://www.sahabatnestle.co.id/homev2/main/SUI/SUI_SehatBugar.asp?id=1255#. Akses 3 juli 2007

Anonymous,2006. Zat antiseptik bisa merusak gigi. http://www.gizi.net/gaya-hidup/index.shtml. Akses 3 juli 2007


Utami, Ulfa. 2004. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. Malang: Universitas Islam Negeri Malang.


Wheeler dan Volk. 1993. Mikrobiologi Dasar. Jakarta: Erlangga


Tidak ada komentar:

Posting Komentar