Kamis, 17 Desember 2009

About Me


  • Nama : Miftachul Munif
  • Alamat Sekarang : Jl. Joyo Suko No 36 Merjosari Malang
  • Alamat Asal : Jl. Brawijaya No.10 Ds Mejuwet, Sumberrejo Bojonegoro
  • TTL : Bojonegoro, 04 Desember 1989
  • Aktifitas
  1. Kuliah
  2. Aktif di Beberapa Organisaisi
  3. Ketua umum Ikatan Mahasiswa Bojonegoro 2009-2010
  4. Kadiv Networking Himpunana Mahasiswa Jurusan Biologi UIN Maulana Malik Ibrahim malang 2009
  5. Kadiv Publish Lembaga Penelitian dan Pengembangan Biologi (LP2B) Malang 2008-2009 
  6. Kadiv Ikatan Himpunana Mahasiswa Jurusan Biologi Indonesia (IKAHIMBI) 2009-2011
  7.  Aktif dalam Penelitian baik itu basic reaserch atau applyed reasech
  • Riwayat Pendidikan
  1. SDN Mejuwet II Lulus tahun 2001
  2.  Madrasah Tsanawiyah At-Tanwir Lulus tahun 2004
  3.  Madrasah Aliyah At-Tanwir Lulus tahun 2007
  4. Perguruan Tinggi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim malang sampai sekarang
  • Beberapa Kepanitiaan yang Pernah saya Pegang Selama Kuliah
  1. Panitia Brefing Kampus
  2. Panitia Gebyar Saintek 
  3. Panitia Orientasi Pengenalan Jurusan Biologi
  4. Panitia Jurnalistik
  5. Panitia Pelatihan Keorganisasian
  6. Panitia Bakti Sosial
  7. Panitia Taaruf
  8. Panitia Taaruf dan Sekolah Lingkungan
  9. Panitia Diklat LP2B malang
  10. Panitia Study Comparative

Pteris Tripartita












Klasifikasi






Kingdom
Plantae  -- Planta, plantes, plants, Vegetal


   Subkingdom
Tracheobionta  -- vascular plants


      Division
Pteridophyta 


         Class
Filicopsida 


            Order
Polypodiales 


               Family
Pteridaceae 


                  Genus
Pteris L. -- brake fern


                     Species
Pteris tripartita Sw. -- giant brake

Respirasi Bakteri

BAB I
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
Kebutuhan akan oksigen bebas dari udara bagi bakteri untuk respirasi sel sangat berbeda, tergantung pada adanya system enzim biooksidatif yang ada pada tiap spesies sehingga dikenal adanya respirasi aerob dan anaerob.respirasi yang menggunakan oksigen bebas sebagai penerima electron disebut respirasi aerob, sebagai yang menggunakan senyawa anorganik sebagai penerima electron disebut respirasi anaerob (Utami,2004:16).
Pengamatan terhadap kelompok bakteri yang mempunyai perbedaan sifat respirasi dapat dilakukan pada media pertumbuhan bakteri baik media padat maupun media cair, untuk memperjelas pengamatan terhadap sifat respirasi bakteri biasanya menggunakan media cair. dalam media cair pertumbuhan bakteri tersebut dapat diamati lebih jelas dengan mengamati akumulasi dari sel-sel bakteri yang tumbuh. bakteri aerob akan berada dipermukaan atas karena ia akan mengambil oksigen bebas dari udara, bakteri anaerob akan berada didasar jauh dari permukaan, bakteri yang anaerob fakultatif akan tumbuh tersebar pada medium cair tersebut, sebagai bakteri mikroaerofil akan tumbuh sedikit dibawah permukaan dan pada pengamatan ini harus dilaksakan karena untuk mengetahui sifat respirasi bakteri.

1.2Rumusan masalah
Dari latar belakang yang telah dipaparkan maka dari rumusan masalah dalam praktikum ini adalah:
1.Bagaimana mengetahui sifat respirasi bakteri?
2.Bagaimana cara mengidentifikasi berdasarkan sifat respirasinya?

1.3Tujuan
Dari latar belakang yang telah dipaparkan maka dari tujuan dalam praktikum ini adalah:
1.Mengetahui sifat respirasi bakteri
2.Dapat mengidentifikasi berdasarkan sifat respirasinya
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Pengertian Respirasi Bakteri
Respirasi didefinisikan sebagai penggunaan rantai angkut electron untuk mengantarkan electron ke penerima electron anorganik akhir. energi diperoleh melalui fosforilasi oksidatif tetapi prosesnya dapat menggunakan oksigen sebagai penerima electron terakhir (respirasi aerob) atau senyama anargonik lainnya (respirasi anaerob) (wheelr,1993:103).
Kebutuhan akan oksigen bebas dari udara bagi bakteri untuk respirasi sel sangat berbeda, tergantung pada adanya system enzim biooksidatif yang ada pada tiap spesies sehingga dikenal adanya respirasi aerob dan anaerob.respirasi yang menggunakan oksigen bebas sebagai penerima electron disebut respirasi aerob, sebagai yang menggunakan senyawa anorganik sebagai penerima electron disebut respirasi anaerob (Utami,2004:16).
Gas-gas utama yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri adalah oksigen dan karbon diokside. Bakteri memperlihatkan keragaman yang luas dalam hal respon terhadap oksigen bebas dan atas dasar tersebut maka mudah sekali untuk membagi mereka menjadi empat kelomok aerobic ,anaerob, anaerob fakultatif, mikroanaerob, dan kelompok ini dapat dibedakan menurut pola pertumbuhan didalam tabung-tabung reaksi yang kurang lebih (Pelczar, 1986: 140).

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Baktri
1.Temperatur, umumnya bakteri tumbuh baik pada suhu antara 25 - 35 derajat C.
2.Kelmbaban, lingkungan lembab dan tingginya kadar air sangat menguntungkan untuk pertumbuhan bakteri
3.Sinar Matahari, sinar ultraviolet yang terkandung dalam sinar matahari dapat mematikan bakteri.
4.Zat kimia, antibiotik, logam berat dan senyawa-senyawa kimia tertentu dapat menghambat bahkan mematikan bakteri (Anonymous,2005).
Respirasi Aerob
Banyak organisme dapat menggunakan oksigen sebagai penerima hydrogen terakhir, dalam hal demikian, tidak perlu mereduksi hasil antara seperti halnya pada fermentasi sebagai akibat, hasil antara semacam itu dapat dioksidasi secara sempurna menjadi CO2 Dan H2O. Hal ini merupakan keuntungan luar biasa bagi organisme itu karena banyaknya energi yang tersedia dari oksidasi sempurna molekul glukosa lebih besar dari pada energi yang diperoleh dari fermentasi glukosa. Hal ini terjadi karena jalan bertahap setiap pasangan electron dari NADH ke oksigen melalui serangkaian pengangkutan tiga molekul ATP (wheelr,1993:103).
Respirasi Anaerob
Ada kelompok organisme terakhir yang terpisahkan karena organisme ini bukan pula fermetatif. bakteri ini adalah anaerob obligat, tetapi, bukannya menggunakan hasil antara mtabolismenya, organisme tersebut menggunakan ion-ion anorganik sebagai penerima electron terakhir. organize semacam ini dapat dibagi lagi menjadi tiga tipe: pereduksi netrat , pereduksi sulfat, pereduksi metan (Suriawiria, 1986: 47).

BAB II
METODELOGI KERJA


3.1 Tempat dan Waktu
Pada praktikum yang telah dilakukan khusus pada teknik pewarnaan di lakukan di laboratorium biologi pada tgl 13 mei 2007 ( 07.00 - 0.8.50 WIB)

3.2. Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah:
inkubator
tabung reaksi
kapas

Bahan
Adapun bahan yang telah digunakan pada praktikum ini adalah:
biakan murni bakteri dalam media agar miring yang berumus 1x24 jam
media cair

3.3 Cara Kerja
a.Menyiapkan 3 media cair dalam tabung kultur yang sudah steril
b.Mengambil biakan murni bakteri
c.Menginokulasi sebanyak 1 ose masing-masing biakan kedalam media cair secara asptik
d.Meratakan suspensi inokulum tadi dengan cara memutar-mutar tabung kultur diantara kedua telapak tangan
e.Menginokulasi biakan bakteri pada suhu 370C selama 2x24 jam
f.Mengamati akumulasi pertumbuhan bakteri tersebut, kemudian menentukan kelompok bakteri
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Pada pengamatan yang telah dilakukan maka mendapatkan hasil sebagai berikut:
Bakteri
Letak
Jenis
S (kuning) I
S (kuning) II
S (kuning) III
Bawah
Bawah
Bawah
Anaerob
Anaerob
Anaerob
E (hitam) I
E (hitam) II
E (hitam) III
Atas
Atas
Atas
Aerob
Aerob
Aerob









Gambar 1. Aerob








Gambar 2. Anarob
4.2 Pembahasa
Pada praktikum yang telah dilakukan pada topek respirasi bakteri telah ditemukannya bahwa bakteri mengadakan respirasi secara aerob dan anaerob. Menurut Utami (2004), Kebutuhan akan oksigen bebas dari udara bagi bakteri untuk respirasi sel sangat berbeda, tergantung pada adanya system enzim biooksidatif yang ada pada tiap spesies sehingga dikenal adanya respirasi aerob dan anaerob.respirasi yang menggunakan oksigen bebas sebagai penerima electron disebut respirasi aerob, sebagai yang menggunakan senyawa anorganik sebagai penerima electron disebut respirasi anaerob.
a.Rerpirasi Aerop
Pengamatan terhadap kelompok bakteri yang mempunyai perbedaan sifat respirasi dapat dilakukan pada media pertumbuhan bakteri baik media padat maupun media cair, untuk memperjelas pengamatan terhadap sifat respirasi bakteri biasanya menggunakan media cair. dalam media cair pertumbuhan bakteri tersebut dapat diamati lebih jelas dengan mengamati akumulasi dari sel-sel bakteri yang tumbuh.. pada pengamatan yang telah dilakukan yaitu terdapat bahwa respirasi bakteri secara aerob yaitu pada pengamatan respirasi bahwa bakteri terdapat pada tabung reaksi pada daerah atas permukaan tabung reaksi. Menurut Utami (2004:26), bakteri aerob akan berada dipermukaan atas karena ia akan mengambil oksigen bebas dari udara, bakteri anaerob akan berada didasar jauh dari permukaan
b.Respirasi Anaerob
Pada pengamatan yang telah dilakukan yaitu terdapat bahwa respirasi bakteri secara anaerob yaitu pada pengamatan respirasi bahwa bakteri terdapat pada tabung reaksi pada daerah bawah dan jauh dengan permukaan.
Organisme anaerobik atau anaerob adalah setiap organisme yang tidak memerlukan oksigen untuk tumbuh.
Anaerob obligat akan mati bila terpapar pada oksigen dengan kadar atmosfer.
anaerob fakultatif dapat menggunakan oksigen jika tersedia.
Organisme aerotoleran dapat hidup walaupun terdapat oksigen di sekitarnya, tetapi mereka tetap anaerobik karena mereka tidak menggunakan oksigen sebagai terminal electron acceptor (akseptor elektron terminal). Mikroaerofil adalah organisme yang dapat menggunakan oksigen, tetapi hanya pada konsentrasi yang rendah (rentang mikromolar rendah); pertumbuhannya dihambat oleh level oksigen yang normal (sekitar 200 mikromolar). Nanaerob adalah organisme yang tidak dapat tumbuh bila terdapat konsentrasi mikromolar oksigen, tetapi dapat tumbuh dan diuntungkan pada konsentrasi nanomolar oksigen (Anonymous,2005).
Anaerob obligat dapat menggunakan fermentasi atau respirasi anaerobic . Jika terdapat oksigen, anaerob fakultatif menggunakan, respirasi aerobik; tanpa oksigen beberapa diantaranya berfermentasi, beberapa lagi menggunakan respirasi anaerobik. Organisme aerotoleran hanya dapat berfermentasi. Mikroaerofil melakukan respirasi aerobik, dan beberapa diantaranya dapat juga melakukan respirasi anaerobic (Anonymous,2005).
Terdapat beberapa persamaan kimia untuk reaksi fermentasi anaerobik.
Organisme anaerobik fermentatif biasanya menggunakan jalur fermentasi asam laktat:
C6H12O6 + 2 ADP + 2 fosfat → 2 asam laktat + 2 ATP
Energi yang dilepaskan pada persamaan ini sekitar 150 kJ per mol, yang disimpan dalam regenerasi dua ATP dari ADP per glukosa. Ini hanya 5% energi per molekul gula daripada yang dapat dihasilkan oleh reaksi aerobic (Anonymous,2005).
Tumbuhan dan jamur (contohnya ragi) biasanya melakukan fermentasi alcohol (etanol) ketika oksigen terbatas melalui reaksi berikut:
C6H12O6 + 2 ADP + 2 fosfat → 2 C2H5OH + 2 CO2 + 2 ATP
Energi yang dilepaskan sekitar 180 kJ per mol, yang disimpan dalam regenerasi dua ATP dari ADP per glukosa (Anonymous,2005).
Bakteri anaerobik dan archaea menggunakan jalur ini dan beberapa jalur lainnya dalam melakukan fermentasi seperti: fermentasi asam propionat, fermentasi asam butirat, fermentasi pelarut, fermentasi asam campuran, fermentasi butanediol, fermentasi Stickland, asetogenesis atau metanogenesis (Anonymous,2005).
Beberapa bakteri anaerobik menghasilkan toksin (racun) seperti toksin tetanus atau botulinum yang sangat berbahaya bagi organisme yang lebih besar, termasuk manusia (Anonymous,2005).
Anaerob obligat akan mati bila terdapat oksigen karena tidak adanya enzim superoksida dismutase dan katalase yang dapat mengubah superoksida berbahaya yang timbul dalam selnya karena adanya oksigen (Anonymous,2005).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada pengamatan respirasi baktei telah terdapat kesimpulan bahwa respirasi bakteri secara aerob dan anaerob.
a.Rerpirasi Aerop
Pengamatan terhadap kelompok bakteri yang mempunyai perbedaan sifat respirasi dapat dilakukan pada media pertumbuhan bakteri baik media padat maupun media cair, untuk memperjelas pengamatan terhadap sifat respirasi bakteri biasanya menggunakan media cair. dalam media cair pertumbuhan bakteri tersebut dapat diamati lebih jelas dengan mengamati akumulasi dari sel-sel bakteri yang tumbuh..
. b.Respirasi Anaerob
Pada pengamatan yang telah dilakukan yaitu terdapat bahwa respirasi bakteri secara anaerob yaitu pada pengamatan respirasi bahwa bakteri terdapat pada tabung reaksi pada daerah bawah dan jauh dengan permukaan.

Uji daya Mikro Organisme dan Anti Septik

LAPORAN PRAKTIKUM
BAB I
PENDAHULUAN

    1. Latar Belakang

Telah diketahui bahwa mikroba ada yang menguntungkan dan ada pula yang merugikan, adapun mikroba yang merugikan dapat disingkirkan, dihambat dengan atau dibunuh menggunakan bahan kimia, pertumbuhan bakteri dapat dihambat oleh faktor-faktor lain yaitu oleh sinar matahari, logam suhu, dll. Berbagai jenis bahan kimia yang dibuat secara sintetik telah banyak dimanfaatkan orang untuk menyembuhka luka dan telah diuji khasiatnya, zat yang demikian disebut dengan zat antiseptic (Utami,2004).
Pada pengamatan ini sangat penting sekali untuk dilakukan untuk dapat mengetahui antiseptic yang mana dapat menghambat pertumbuhan bakteri

    1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:

  1. Bagaimana pengujian daya antimikroba terhadap bakteri?


  2. Bagaimana mengidentifikasi uji terhadap antibakteri?


    1. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan maka dapat diambil suatu tujuan praktikum

  1. Mahasiswa dapat melakukan pengujian daya antimikroba terhadap bakteri


  2. Mahasiswa dapat mengidentifikasi uji terhadap antibakteri

BAB II
KAJIAN PUSTAKA


2.1 Pengertian Antiseptik
Antiseptik adalah larutan antimikroba yang digunakan untuk mencegah infeksi, sepsis, dan putrefaksi. Antiseptik berbeda dengan antibiotik dan disinfektan, yaitu antibiotik digunakan untuk membunuh mikroorganisme di dalam tubuh, dan disinfektan digunakan untuk membunuh mikroorganisme pada benda mati. Beberapa antiseptik merupakan germisida, yaitu mampu membunuh mikroba, dan ada pula yang hanya mencegah atau menunda pertumbuhan mikroba tersebut. Antibakterial adalah antiseptik hanya dapat dipakai melawan bakteri (Anonymous,2006).


2.2 Macam-Macam Antiseptik

  • Sabun biasa

Sebagai perbandingan, bagaimana penggunaan sabun biasa di banding antiseptik? Meskipun tidak mengandung antiseptik, sabun cukup berguna untuk cuci tangan karena dapat menghilangkan kuman yang mampir di kulit, tetapi tidak untuk yang berkoloni. Cuci tangan dengan sabun selama 30 detik cukup mematikan banyak kuman. Terjadi penurunan risiko radang paru-paru pada balita yang terbiasa cuci tangan, juga angka diare dan infeksi kulit pada anak yang lebih besar. Tetapi, penggunaannya kurang disarankan untuk petugas kesehatan karena sabun bisa terkontaminasi kuman dan diteliti malah menambah kuman di tangan petugas. Sabun juga dapat menimbulkan iritasi dan kekeringan kulit bila tidak ditambahkan pelembab (Anonymous,2006).

  • Alkohol

Antiseptik berbahan alkohol banyak beredar dan sudah dikenal sejak tahun 1930-an. Biasanya dipakai sebagai disinfektan kulit. Alkohol yang dipakai berbentuk ethanol (60-95%) dan isopropyl alkohol (50-91,3%). Alkohol memiliki efek mematikan hampir semua jenis kuman termasuk tuberkulosis, jamur, dan beberapa virus. Karena tidak membunuh spora, alkohol tidak dianjurkankan untuk mensterilisasi alat. Alkohol 100% malah kurang mempan untuk antiseptik karena tidak mengandung air (Anonymous,2006).
Bentuk di pasaran saat ini yang dilengkapi pelembab bisa menambah aktivitas antimikrobanya. Efek samping biasanya iritasi dan kulit kering. Juga, bentuk isopropyl alkohol dikatakan lebih beracun namun untuk penggunaan di kulit cukup aman. Alkohol banyak dipakai sebelum melakukan tindakan medis karena bersifat cepat membunuh kuman meski cepat pula efeknya hilang. Selain itu, alkohol tidak bisa menggantikan “wastafel” karena bila kulit terkontaminasi darah atau cairan tubuh, tetap harus dicuci sabun dan air. Untungnya hingga saat ini, belum dilaporkan adanya kuman yang resisten terhadap sediaan ini (Anonymous,2006).

  • Iodin

Bentuk yang dikenal ada dua yaitu iodium tincture dan iodofor di kenal sebagai povidon iodin. Warnanya kecoklatan dengan bau yang khas, bersifat iritatif, dan mewarnai kulit. Kalau kita melihat kemasan obat antiseptik, kadarnya berkisar 9-12%. Sediaan ini tak hanya membunuh kuman di kulit sehat, tetapi juga mampu diserap kulit yang mati, luka atau rusak. Povidon iodin cukup efektif membunuh berbagai kuman, protozoa, jamur, dan virus. Meskipun begitu, masih kalah dengan iodin tincture dalam hal membunuh spora ataupun beberapa jenis jamur. Selain itu, povidon iodin cepat dinetralkan oleh darah atau cairan tubuh sehingga efektivitasnya bisa menurun. Penggunaannya masih diwaspadai pada wanita hamil dan menyusui karena diserap tubuh dan kemungkinan mencetuskan gangguan tiroid sementara pada janin atau bayi (Anonymous,2006).

  • Triclosan

Kandungan triclosan banyak dipakai dalam bentuk sabun, antiseptik, bedak, sikat gigi, deodoran, dan sebagainya. Kerjanya adalah merusak dinding sel kuman. Waktu membunuh kumannya lebih lama tetapi cukup bisa bertahan di kulit, jadi bersifat melindungi kulit. Bagus untuk melawan bakteri dan virus namun kurang untuk kuman tuberkulosis dan jamur. Efektivitasnya dipengaruhi pH dan kelembaban sehingga perlu pula memperhatikan bentuk formulanya. Meskipun bisa diserap kulit, tetapi dilaporkan tidak ada efek samping pada penggunaan jangka pendek. Triclosan dilaporkan cukup aman tetapi belum ada bukti efektivitasnya terutama untuk penggunaan rumah sakit (Anonymous,2006).


BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Tempat dan Waktu
Pada praktikum kali ini dilakukan di laboratorium biologi uin Malang. Pada tanggal 21 juni 2007.


3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah:

  • Paper disk


  • Catton buds


  • Tabung reaksi


  • Rak tabung


  • Cawan perti



3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah:

  • Media lempeng nutrient agar (NA) steril


  • Berbagai zat yaitu sabun yang mengandung antiseptic (casson), sunlight,dan antis



3.3 Langkah Kerja

    1. Menyediakan dua media NA steril dan masing-masing memberi kode sesuai dengan bakteri yang di uji


    2. Menginokulasi secara merata masing-masing biakan murni bakteri kepermukaan medium NA sesuai dengan kodenya. Caranya ialah secara aseptic dengan menyelupkan ujung 'catton buds' kedalam medium nutrien cair, kemudian mengoleskan pada permukaan medium lempeng NA sampai rata.


    3. Membuat modifikasi paper disk dan menyiapkan sejumlah zat antiseptic yang di uji. Caranya dapat di buat dari kertas hisap yang dibentuk bulat menggunakan perfemator. Merendam paper disk di dalam zat antiseptic selama 15menit


    4. Menyiakan media lempeng NA steril, sementara itu dibagi menjadi 3 sektor sesuai dengan antiseptic


    5. Meletakkan paper disk yang sudah direndam dalam antiseptic menggunakan pinset steril pada permukaan media NA yang sudah dinokulasikan bakteri. Mengatur jarak antara paper disk agar tidak terlalu dekat, menyesuaikan dengan kode sektornya


    6. Menginokulasi kedua sediaan yang sudah diperlakukan ini pada suhu 3700C selama 1x24 jam


    7. Mengukur diameter zona hambat dari pertumbuhan bakteri pada masing-masing perlakuan, mencatat hasil pengamatan

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Pada hasil pengamatan yang telah dilakukan yaitu untuk mengetahui zona hambat pada prodak antiseptic yaitu menggunakan sabun casson, sunlight, dan antis, tidak ada zona hambat sama sekali prodak yang telah digunakan pada pengamatan untuk menghambat pertumbuhan jamur.


4.2 Pembahasan
Pada pengamatan yang telah dilakukan dengan menguji prodak-prodak antiseptic yaitu menggunakan sabun,sungligh dan bytadin. Pada pengamatan yang telah dilakukan bahwa prodak tersebut tidak bias menghambat bakteri sebagai bukti bahwa pada paper disk yang sudah direndam dalam antiseptic menggunakan pinset steril pada permukaan media NA yang sudah dinokulasikan bakteri. Mengatur jarak antara paper disk agar tidak terlalu dekat, menyesuaikan dengan kode sektornya, masih terdapat mikroba dan tidak terdapat zona hambat sama sekali.
Berdasarkan prodak yang digunakan bahwa menurut informasinya telah terdapat berbagai bahan kimia yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba atau bakteri-bakteri dan kuman. Tapi pada pengamatan tersebut, kenyataannya dalam pengamatan bahkan tidak terdapat zona hambat sama sekali.
Menurut Wheller (1993), sabun bertindak terutama sebagai agen aktif-permukaan yaitu menurunkan tegangan permukaan. Efek mekanik ini penting karena bakteri, bersama minyak dan partikel lain, menjadi terjaring dalam sabun dan dibbuang melalui proses pencucian. Namun, sabun sebagaimana yang biasanya digunakan tidak dapat digolongkan sebagai germisida. Meskipun sabun adalah bakterisida ringan, kontaknya biasanya terlalu singkat untuk untuk menghasilkan banyak efek yang merusak. Walaupun demikian bakteri yang lemah seperti gonokokus, meningokokus, dan pneumokokus mungkin segera mati dengan kerja kimia sabun.
Deterjen meliputi kelompok besar agen aktif permukaan, agen-agen ini biasanya lebih aktif terhadap organisme gram positif dari pada gram negative dan kelihatannya mengeluarkan pengaruh disinfeksinya dengan perusakan membrane dan denaturasi protein. Deterjen yang mempunyai muatan positif disebut deterjen kation, sedang yang mempunyai muatan negative disebut detergen anion (Wheller, 1993).
Adanya ketidak mampuan antiseptic dalam membasmi bakteri dalam melakukan pengamatan tersebut. Praktikan mendapatkan literature bahwa zat antiseptic bisa merusak gigi. Walaupun jenis jamur,dan antiseptic yang digunakan berbeda dalam pengamatan yang telah dilakukan, literature yang didapat hanya untuk perbandingan dengan prodak lain. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit terbesar kedua yang diderita oleh 98 persen populasi manusia di dunia. Padahal kebanyakan orang telah memiliki kebiasaan merawat giginya.
Menurut ahli gigi dari PT Enzym Bioteknologi Internusa, Drg MD Vella Momang, kondisi ini berbeda dengan zaman purba. Dari fosil-fosil purba yang ditemukan tidak ditemukan kerusakan gigi. Hal itu disebabkan adanya pelindung alamiah rongga mulut, yaitu air ludah. Orang purba mempunyai pola makan alamiah sehingga air ludah mereka tidak rusak."Sementara itu orang modern saat ini air ludahnyanya dirusak oleh makanan modern (mengandung zat pewarna, perasa, pengawet), antiseptik dan detergen dalam pasta gigi. Padahal di dalam ludah ada sistem laktoperoksidae yang berfungsi mengendalikan pertumbuhan bakteri sehingga bakteri tidak berkembang biak. sistem laktoperoksidae tersebut rusak, maka bakteri tumbuh tidak terkendali dan menyebabkan penyakit. Seseorang yang mempunyai penyakit gigi dan mulut umumnya giginya berlubang, mengalami radang gusi, sariawan dan bau mulut."Penyakit tersebut bisa disembuhkan dengan pasta gigi yang mengandung enzim amiloglukosidae dan glukooksidae yang akan memperbaiki kerusakan sistem laktoperoksidae ludah. Ini dimungkinkan karena keseimbangan bakteri dalam rongga mulut kita terjaga. Menurut Institusional Relationship Manager PT Enzym Bioteknologi Internusa, Drg Evi Nurhayati, kerusakan gigi pada anak-anak sangat disayangkan karena masa itu merupakan periode emas pembentukan fisik dan kecerdasan. Gigi anak (periode gigi susu) ternyata mempunyai kontribusi yang cukup besar bagi perkembangan fisik, kecerdasan dan mempengaruhi normal dan memicu produksi ludah yang cukup."Di dalam air ludah terdapat 40-50 macam protein yang berguna untuk fisik dan inetelgensi anak. Pasta gigi enzim anak dapat melindungi gigi dari kerusakan karena mengandung enzim nabati dan tanpa detergent sehingga aman jika tertelan anak (Anonimous,2006).
BAB V
KESIMPULAN


Antiseptik adalah larutan antimikroba yang digunakan untuk mencegah infeksi, sepsis, dan putrefaksi.

  • Antiseptik yang terdapat pada prodak sabun casson tidak terdapat zona hambat sekali, bakteri tumbuh diseluruh permukaan media


  • Antiseptik yang terdapat pada prodak antis tidak terdapat zona hambat sekali, bakteri tumbuh diseluruh permukaan media


  • Antiseptik yang terdapat pada prodak sunligh tidak terdapat zona hambat sekali, bakteri tumbuh diseluruh permukaan media

Pembiakan Mikro Organisme

BAB I
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
Mikroorganisme terdapat dimana-mana dalam tanah, air, udara maupun pada makhluk hidup termasuk pada jaringan tubuh kita sendiri (kulit dan selaput lendir). Mikroorganisme mampu tumbuh dengan baik bila tersedia media atau makanan sebagai substratnya (Utami, 2004: 6).
Dalam praktikum pembiakan mikroorganisme khususnya pengamatan pada bakteri maka langkah awal yang dilakukan oleh praktikan adalah menyediakan media untuk tumbuh dan berkembangnya bakteri dengan memanaskan nutrisi agar untuk pengenceran dan keseterilan bahan. Selain menyediakan nutrien yang sesuai untuk kultivasi bakteri, juga diperlukan kondisi fisik yang memungkinkan pertumbuhan optimum. Bakteri tidak hanya amat bervariasi dalam persyaratan nutrisinya, tetapi juga menunjukkan respon yang berbeda-beda terhadap kondisi fisik didalam lingkungannya. Untuk berhasilnya kultivasi berbagai tipe bakteri, dibutuhkan suatu kombinasi nutrien serta lingkungan fisik yang sesuai (pelczar,1986:138).
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah yang tertera maka diambil rumusan masalah sebagai berikut:
1.Bagaimana mempelajari morfologi koloni mikroba pada media agar nutrisi padat?
1.3Tujuan
Adapun tujuan praktikum yaitu berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan
1.Untuk mempelajari morfologi koloni mikroba pada media agar nutrisi padat

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Mikroorganisme
Mikroorganisme merupakan organisme atau jasad renik yang hanya dapat dilihat dengan mikroskop. Mikroorganisme terdapat dalam populasi yang besar dan beragam, dan mereka terdapat hampir dimana-mana di alam ini. Mereka merupakan bentuk kehidupan yang terbesar paling luas dan dihitung paling banyak dipelanet ini. Sesungguhnya telah dihitung bahwa massa mikroorganisme dibumi melebihi massa berjuta-juta mikroorganisme (Pelczar, 1986:2). Menurut Ulfa (2004:6), mikroorganisme terdapat dimana-mana dalam tanah, air, udara maupun pada makhluk hidup termasuk pada jaringan tubuh kita sendiri (kulit dan selaput lendir). Mikroorganisme mampu tumbuh dengan baik bila tersedia media atau makanan sebagai substratnya.
Mikroorganisme dapat menyebabkan banyak penyakit yang telah melanda peradaban manusia selama berabad-abad. Sebelum timbulnya pengertian bahwa penyakit menular disebabkan oleh mikroorganisme, secara berkala populasi dihancurkan pada wabah penyakit seperti difteri,pes dan cacar. Mikroorganisme terdapat paling banyak ditempat-tempat yang mengandung nutrien, kelembaban, dan suhu yang yang sesuai untuk pertumbuhannya dan perkembangannya (Pelczar,1986:2).

2.2 Kondisi Fisik Untuk pertumbuhan Mikroorganisme
Selain menyediakan nutrien yang sesuai untuk kultivasi bakteri, juga diperlukan kondisi fisik yang memungkinkan pertumbuhan optimum.

Suhu
Telah diketahui bahwa proses pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme bergantung pada reaksi kimiawi dan karena laju reaksi-reaksi ini dipengaruhi oleh suhu, maka pola pertumbuhan bakteri dapat sangat dipengaruhi oleh suhu. Suhu juga mempengaruhi laju pertumbuhan dan jumlah total pertumbuhan organisme. Keragaman suhu dapat juga mengubah proses-proses metabolik tertentu serta morfologi sel. Bakteri bisa tumbuh pada suatu kisaran suhu tertentu (Pelczar, 1986:138-139).

Atmosfer gas
Gas-gas utama yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri adalah oksigen dan karbon diokside. Bakteri memperlihatkan keragaman yang luas dalam hal respon terhadap oksigen bebas (Pelczar, 1986: 140).

Kemasaman atau Kebasaan (pH)
pH optimum pertumbuhan bagi kebanyakan bakteri terletak antara 6,5 dan 7,5. namun, beberapa spesies dapat tumbuh dalam keadaan sangat masam, atau sangat alkalin. Bila bakteri dikultivasi didalam suatu medium yang mula0mula disesuaikan pH nya, misalnya 7, maka sekali pH ini akan berubah sebagai akibat adanya senmyawa-senyawa asam atau basa yang dihasilkan selama pertumbuhannya. Pergeseran pH ini dapat sedemikian besarsehingga dapat menghambat pertumbuhan seterusnya organisme itu. Pergeseran pH dapat dicegah dengan menggunakan larutan penyangga dalam medium. Beberapa bahan nutrien medium, seperti pepton, juga mempunyai kapasitas penyangga. Perlu atau tidaknya suatu medium diberi larutan penyangga bergantung kepada penggunaannya dan dibatasi oleh kapasitas menyangga yang dimiliki senyawa-senyawa yang digunakan (Pelczar, 1986: 142).

BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat
Pada praktikum yang telah dilakukan yaitu pada tgl 20 april 2007 pada pukul 07.00 WIB. Dilaboratorium biologi Universitas Islam Negeri Malang
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan pada praktikum pembiakan mikroorganisme adalah sebagai berikut:
Cawan perti 6 buah
Tabung reaksi 6 buah
Rak tabung 1 buah
Kapas secukupnya
Catton buds
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang dipakai untuk praktikum pembiakan mikroorganisme sebagai berikut:
Udara
Mulut
Debu
Kulit
Air kolam
Rambut
3.3 Cara Kerja
1. Mencairkan media agar tegak kedalam pemanas air hingga suhunya 400 C
2. Menuangkan media yang cair kedalam cawan petri yang steril, membiarkan hingga beku
3. Mikroba dari udara, membuka cawan petri 1 selama 10 menit, kemudaian menutupnya dengan segara
4. Mikroba dari mulut (percikan ludah), salah seorang anggota kelompaok mengucapkan beberapa kata-kata atau batuk-batuk sambil berhadapan dengan lempeng agar terbuka dengan jarak 10-15 cm dari permukaan agar pada cawan petri II kemudian menutup dengan segera
5. Mikroba dari debu, dengan cara mengusap catton buds yang steril pada debu di atas meja dan goreskan pada lempeng agar pada cawan petri III, kemudian menutup dengan segera
6. Mikroba dari telapak tangan, oleskan dengan salah satu jari tangan saudara di atas permukaan lempeng agar pada cawan petri IV, kemudian menutup dengan segera
7. Mikroba dari air kolam, dengan menggunakan pipet steril, mengambil sedikit air kolam dan menetesi lempeng agar pada cawan petri V, kemudian segera menutup kembali
8. Mikroba dari rambut, memasukkan 1-2 helai rambut kepermukaan lempeng pada cawan petri VI, kemudian segera menutup kembali
9. Menginkubasi pada suhu kamar selama 1x24 jam atau 2x24 jam
10.Melakukan pengamatan terhadap koloni mikroba yang tumbuh pada media lempeng agar tersebut. Koloni bakteri ditandai dengan bentuknya seperti lendir, tetesan mentega, atau tetesan sari buah. Sedangkan koloni jamur ditandai dengan adanya mesilium yang berbentuk seperti bulu halus
11.Melakukan pengamatan mengenai morfologi bakteri dan jamur seperti: sumber koloni pada tiap-tiap sampel yang digunakan, jumlah nkoloni, warna koloni, bentuk koloni, ukuran koloni, sketsa gambar.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil
Pada praktikum yang telah dilakukan khususnya pada pengamatan pembiakan miroorganisme dengan hasi sebagai berikut:
Pada hari pertama setelah diinkubasikan selama 1x24 jam.
Morfologi
Sumber koloni
Jumlah koloni
Warna koloni
Bentuk koloni
Ukuran koloni
Mengkilat atau suram
Sketsa atau gambar

Udara

50
menyebar

putih

Bulat T’beraturan

2cm

suram


Mulut

menyebar

putih

Bulat T’beraturan

1 cm

suram


Debu

18

putih
Bulat, memanjang T’beraturan

0,5 cm

suram



Kulit
5

putih
Bulat T’beraturan
0,5 cm

suram


Rambut

4

putih
Bulat T’beraturan
0,5 cm

suram


Air kolam

30
menyebar

putih
Bulat T’beraturan
0,5 cm

suram

Pengamatan hari ke- 2

Morfologi

Sumber koloni
Jumlah koloni
Warna koloni
Bentuk koloni
Ukuran koloni
Mengkilat atau suram
Sketsa atau gambar


Udara

75 menyebar
putih
Bulat T’beraturan
Lonjong, panjang

3 cm,
8 cm

suram


Mulut

menyebar

Putih
susu
Bulat T’beraturan
lonjong
1 cm

suram



Debu


75

putih

Bulat, memanjangbT’beraturan

3 cm
5 cm

suram



Kulit


13


putih


Bulat T’beraturan
5 cm
suram



Rambut


75


putih

Bulat T’beraturan
7 cm
suram



Air kolam


45


putih

Bulat T’beraturan



5 cm



suram




Pengamatan hari ke- 3

morfologi

Sumber koloni
Jumlah koloni
Warna koloni
Bentuk koloni
Ukuran koloni
Mengkilat atau suram
Sketsa atau gambar

Udara

Banyak menyebar

putih

Bulat T’beraturan

10 cm

suram



Mulut


menyebar


putih


Bulat T’beraturan


2 cm


suram



Debu


80

putih

Bulat, memanjangT’beraturan

10 cm

suram



Kulit



16


putih

Bulat T’beraturan


5 cm


suram



Rambut


80


putih

Bulat T’beraturan


5 cm


suram


Air kolam


50

putih

Bulat T’beraturan


7 cm


suram






4.2 Pembahasan
Pada praktikum yang telah dilakukan yaitu pembiakan mikroorganisme khususnya pada pertumbuhan bakteri, untuk mengetahui morfologi mikroba atau bakteri, langkah awal yang kita lakukan adalah menangkap dan membiakannnya pada media agar nutrisi (padat). Dan biasanya mikroba akan tumbuh pada media ini setelah di inkubasikan kurang lebih 2x24 jam (Utami, 2004: 6).
Langkah yang digunakan untuk membiakan mikroba untuk mengetahui morfologinya yaitu dengan mencairkan media agar tegak kedalam pemanas air hingga suhunya 400 C. Setelah itu menuangkan media yang cair kedalam cawan petri yang steril dengan membiarkannya hingga beku. Setelah itu memasukkan beberapa sampel mikroba diantaranya mikroba dari mulut, udara, debu, telapak tangan, air kolam dan rambut kedalam masing-masing cawan petri. Menurut . Pelczar (1986: 2), Mikroorganisme terdapat dalam populasi yang besar dan beragam, dan mereka terdapat hampir dimana-mana di alam ini. Mikroorganisme terdapat paling banyak ditempat-tempat yang mengandung nutrien, kelembaban, dan suhu yang yang sesuai untuyk pertumbuhannya dan perkembangannya.
Pada pengamatan pembiakan mikroba yang dilakukan pada 1x24 jam maka pada masing-masing cawan petri terdapat mikroba yang berupa bakteri masing-masing jumlah koloni, warna koloni, bentuk koloni, ukuran kolonidan morfologinya pada tiap-tiap sumber koloni yang terdapat pada cawan petri satu dengan cawan petri lainnya berbeda-beda.
Sifat-sifat Koloni
Yang disebut sifat-sifat suatu koloni ialah sifat-sifat yang ada sangkut pautnya denagn bentuk, susunan, permukaan pengkilatan dan sebagainya. Pengamatan sifat-sifat ini dapat dilakukan dengan pandangan biasa tanpa menggunakan mikroskop, pengamatan ini disebut pengamatan makroskopi. Supaya sifat-sifat tersebut tampak jelas, bakteri perlu ditumbuhkan pada media padat (Dwidjoseputro, 1994: 49).
Morfologi bakteri
Kata morfologi berarti ilmu mengenai bentuk dan struktur. Pada umumnya dikenal dengan tiga bentuk yang berbeda, oleh sebab itu maka bakteri dibagi menjadi tiga kelompok yaitu:
Kokus (bulat)
Bakteri ini terdapat dalam beberapa pola atau pengelompokan yang berbeda, dan karena pengelompokan sel yang khusus ini mungkin merupakan ciri marga tertentu, maka pengetahuan tentang pengelompokan ini akan membantu daklam mengidentifikasi organisme yang yang tak dikenal. Beberapa kokus secara khas hidup sendiri-sendiri, yang lain dijumpai dalam pasangan dan kubus panjang (wheeler, 1993: 43).
Pada pengamata yang telah dilakukan pada masing-masing cawan petri terdapat mikroba yang berbentuk bulat tidak merata atau melebar di seluruh media cawan petri dan ada juga bulat-bulat yang sendiri-sendiri membentuk kolni dengan jelas menggrombol dan terdapat pula morfologi yang memanjang tidak beraturan.
Basil (berbentuk silinder atau batang)
Basil artinya batang kecil, adalah bakteri yang bentuknya menyerupai batang. Basil-basil ini sangat beraneka dalam ukuran. Berbentuk lonjong adapula yang menyerupai kokus sehingga disebut kokos-basil.
Spiral (batang melengkung dan melingkar-lingkar) (wheeler, 1993: 43).
Ukuran
Pada pengamatan yang telah dilakukan dengan mengukur koloni bakteri maka praktikan dapat dengan mudah untuk mengukurnya dengan menggunakan penggaris dengan satuan cm, karena mikroba tersebut nampak debgan jelas pada masing-masing sumber koloni. Menurut. Pelczar (1986:2), Satuan ukuran bakteri adalah mikrometer (µm). yang setara dengan 1/1000 mm atau 10-3 mm. bakteri yang paling umum dipelajari di dalam praktikum mikrobiologi dasar berukuran 0,5-1,0x2,0-5,0 µm. sebagai contoh bakteri stafilococus dan streptokokus yang berbentuk bola. Walaupun bakteri amat kecil ukuranya, namun dapat diukur dengan relatif mudah serta tepat



Pada praktikum yang telah dilakukan yaitu pembiakan mikroorganisme dari beberapa sample yang digunakan untuk pembiakan mikroorganisme tiap-tiap sample terdapat mikroba, seperti halnya pada sample air juga terdapat mikroba. Menurut Suriawiria (1986:7.11), di dalam air sejak air tersebut baru keluar dari sumbernya seperti mata air, sumur pompa, sumur, dan sumber-sumber air alami lainnya, ternyata telah didapatkan kehidupan kelompok miroba. Kelompok mikroba ini adalah natif, kehadiran mikroba natif ini, dapat menyebabkan perubahan warna ataupun menghasilkan bau di dalam air.
Menurut Ulfa (2004:6), mikroorganisme terdapat dimana-mana dalam tanah, air, udara maupun pada makhluk hidup termasuk pada jaringan tubuh kita sendiri (kulit dan selaput lendir). Mikroorganisme mampu tumbuh dengan baik bila tersedia media atau makanan sebagai substratnya.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

pada praktikum yang telah dilakukan pada pembiakan mikroba maka didapat kesimpulan bahwa mikroorganisme terdapat dimana-mana dalam tanah, air, udara maupun pada makhluk hidup termasuk pada jaringan tubuh kita sendiri (kulit dan selaput lendir). Mikroorganisme mampu tumbuh dengan baik bila tersedia media atau makanan sebagai substratnya.
Semakin lama dalam inokulasi maka jumlah mikroba yang di dalam media semakin banyak.
Mikroorganisme terdapat paling banyak ditempat-tempat yang mengandung nutrien, kelembaban, dan suhu yang yang sesuai untuk pertumbuhannya dan perkembangannya.

5.2 saran
Sebelum praktikum dimulai asisten harus sudah menyiapkan bahan serta alat yang akan digunakan dalam melakaukan praktikum agar kegiatan praktikum bisa berjalan dengan lancar
Asisten satu dengan yang lain harus konsisten terhadap format laporan


DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro. 1994. Dasar-dasar Mikrobiologi. Djambatan: Jakarta. Hlm: 49
Pelczar, Michael, dkk. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Universitas Indonesia. Hlm: 2-3, 140-142
Suriawiria, Unus. 1986. Buku Materi Pokok Mikrobiologi. Jakarta: Penerbit Karunia Jakarta Universitas Terbuka. Hlm: 7. 11
Utami, Ulfa. 2004. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. Malang: Universitas Islam Negeri Malang. Hlm: 6-7
Wheeler dan Volk. 1993. Mikrobiologi Dasar. Jakarta: Erlangga

Teknik Isolasi

LAPORAN PRAKTIKUM
BAB I
PENDAHULUAN



    1. Latar Belakang

Setelah kita mempelajari pembiakan miroorganisme pada pada topek II yang telah dilakukan dalam kegiatan praktikum bahwa mikroorganisme terdapat dimana-mana dan karena harus sangat berhati-hati untuk mencegah masuknya mikroorganisme yang tidak dikehendaki kedalam biakan murni. Mikroorganisme luar yang tidak dikehendaki itu dapat masuk melalui kontak langsung dengan permukaan atau tangan yang tercemar, tersentuhnya media atau permukaan tabung bagian dalam yang belum tersterilkan, ataupun melalui aliran udara.
Utami (2004: 14), Dalam suatu substrat atau media dapat tumbuh dari satu jenis mikroorganisme, dengan demikian lalu dikembangkan suatu teknik pemisahan yang disebut teknik isolasi, sehingga diperoleh atau biakan yang hanya terdiri dari satu jenis mikroorganisme saja yang disebut biakan murni. Menurut Ferdiaz (1988: 105-106), Kebanyakan bakteri, dapat membentuk koloni pada medium padat, sehingga mudah diisolasi dengan cara menyebarkan sel-sel tersebut pada agar cawan petri sedemikian rupa sehingga tumbuh koloni-koloni yang terpisah. Konsentrasi agar yang digunakan biasanya 1-2%, tetapi kadang-kadang juga digunakan agar yang lebih lunak untuk mengisolasi beberapa mikroba tertentu. Jika komposisi medium yang digunakan harus bebas dari komponen organik, digunakan silika gel sebagai pengganti agar.



    1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah terpaparkan maka terdapat rumusan masalah sebagai berikut:

  1. Bagaimana melatih agar mahasisiwa mampu memisahkan mikroorganisme dari suatu substrat kepentingan substrat lain atau dari suatu biakan campuran hingga diperoleh biakan yang murni?



    1. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah terpaparkan maka terdapat tujuan sebagai berikut:

  1. Mahasisiwa mampu memisahkan mikroorganisme dari suatu substrat kepentingan substrat lain atau dari suatu biakan campuran hingga diperoleh biakan yang murni

















BAB II
KAJIAN PUSTAKA


2.1 Pengertian Teknik Isolasi
Utami (2004: 14), Dalam suatu substrat atau media dapat tumbuh dari satu jenis mikroorganisme, dengan demikian lalu dikembangkan suatu teknik pemisahan yang disebut teknik isolasi, sehingga diperoleh atau biakan yang hanya terdiri dari satu jenis mikroorganisme saja yang disebut biakan murni.
Populasi mikrobe di alam sekitar kita besar lagi komplek. Beratus-ratus spesies pelbagai mikrobe biasanya menghuni bermacam-macam bagian tubuh kita, termasuk saluran pencernaan dan kulit. Mereka terdapat dalam jumlah yang luar biasa besarnya. Sebagai contoh sekali bersin dapat menyebabkan dapat menyebabkan beribu-ribu mikroorganisme. Penelitian yang layak mengenai mikroorganisme dalam berbagi habitat ini memerlukan teknik untuk pemisahan-pemisahan populasi campuran yang rumit ini, atau biakan campuran. Menjadi spesies-spesies yang berbeda-beda sebagai biakan murni. Biakan murni berasal dari suatu populasi sel yang semuanya berasal dari sel induk (Pelczar, 1986: 85-87).


2.2 Macam-macam Teknik Isolasi

  1. Tektik Menggores (streak plate)

Teknik menggores adalah apabila mikroorganisme berada dalam suatu suspensi atau suatu padatan, lalu dengan jarum inokulasi diambil dan digoreskan pada medium tertentu maka cara ini disebut cara menggores.


2. Teknik Menuangan (poured plate)
Teknik menuang yaitu apabila mikroorganisme yang akan dipisahkan berada dalam satu suspensi, untuk memisahkan dituangkan kedalam medium tertentu maka disebut teknik menuang (Utami, 2004: 14).
Menurut Ferdiaz (1988: 106), media ini berbeda dengan metode goresan karena agar steril yang akan diinoulaasikan masih dalam bentuk cair tetapi telah didinginkan sampai suhu 47 – 500 C. agar tersebbuut diggunakan untuk mengencerkan kultur dengan menggunakan loop kemudian dituangkan pada cawan petri.
Apabila kita ingin menginokulasi biakan murni bakteri dari mulut kita, maka liur itu diinokulasikan sedikit saja pada medium yang cocok sedemikian rupa hingga sel-sel mirobe tumbuh terpisah-pisah pada medium tadi. Bahan yang diinukolasi pada medium itu disebut inokulum. Dengan menginokulasi bahan medium agar nutrien (“nutrient agar”) dengan metode cawan gores atau metode cawan tuang, sel-sel itu akan terpisah sendiri-sendiri. Setelah inkubasi, sel-sel mirobe individu itu memperbanyak diri sedemikian cepatnya hingga di dalam waktu 18 sampai 24 jam terbentuk massa sel yang dapat dilihat dan dinamakan koloni. Koloni tampak oleh mata bugil. Setiap koloni yang berlainan dapat mewakili macam organisme yang berbeda-beda, setiap koloni agaknya merupakan biakan murni satu macam mikroorganisme. Jika dua sel mikrobe pada inokulum asal terlalu berdekatan letaknya pada medium agar maka koloni yang terbentuk dari masing-masing sel dapat bercampur denagn sesamanya, atau paling tidak bersentuhan, jadi masing sel dapat diamati itu bukanlah satu biakan murni (Pelczar, 1986: 85-87).
Metode yang lebih langsung untuk mengisolasi mikroorganisme tunggal ialah dengan menggunakan alat manipulatormikro yang disebut kuarmikro (microscopic probe) untuk memindahkan satu sel dari suspensi zat alir sel (Pelczar, 1986: 85-87).








BAB III
METODE PRAKTIKUM


3.1 Tempat dan Waktu
Pada praktikum yang telah dilakukan khusus pada teknik isolasi di lakukan di laboratorium biologi pada tgl 26 april 2007 ( 07.00 - 0.8.50 WIB).


3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapu alat yang digunakan pada praktikum teknik isolasi adalah sebagai berikut:

  • Jarum inokulum ujung bulat 1


  • Bunsen 1


  • 3 cawan petri


  • Tabung reaksi 1


  • Rak tabung 1



3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu:

  • Biakan mikroba yang diperoleh dari praktikum topek III


  • 3 tabung AN mereng steril


  • 3 tabung AN tegak steril



3.3 Cara Kerja

    1. Mencairkan medium agar tegak dalam pemanas air hingga suhunya 400 C


    2. Menuangkan kedalam cawan petri steril, membiarkan membeku


    3. memilih 3 macam koloni bakteri yamh berasal dari biakan campuran praktikum topik III pada medium padat dalam cawan petri dan medium miring yang telah tersedia


    4. Mengambil sedikit bakteri dari biakan yang dipilih dengan menggunakan jarum inokulum


    5. Menggoreskan pada medium padat dalam cawan petri. Menggoreskan dapat dimulai dari satu titik membentuk garis zigzag atau dari beberapa titik membentuk garis-garis yang sejajar


    6. Mengambil bakteri dengan cara yang sama seperti tadi, lalu menggoreskan pada agar yang steril


    7. Menginkubasikan semua biakan pada suhu kamar selama 2x24 jam


    8. Melakukan pengamatan dan mencatat bentuk koloni bakteri tersebut













BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil
Pada praktikum yang telah dilakukan yaitu pada teknik isolasi dengan menginkubasikan selama 1x24 jam maka mendapatkan hasil setelah pengamatan sebagai berikut:



  • Pengamatan Hari ke-1

Morfologi
Jumlah koloni
Warna koloni
Lebar atau panjang
gambar
keterangan
Cawan lurus
Banyak
Putih suram
Melebar, bulat, memanjang


Menyebar
Zigzag
6
Putih suram
2mm


Mengumpul
Segitiga
Banyak
Putih
5mm


menyebar



  • Pengamatan Hari ke-2

Morfologi Jumlah koloniWarna koloniLebar atau panjangGambar keteranganCawan lurusBanyak Putih suram Melebar, bulat, memanjangMenyebarZigzag 6Putih suramMelebar MengumpulSegitiga Banyak Putih Melebar menyebar4.2 Pembahasan
Pada praktikum yang telah dilakukan pada topik tektik isolalasi dengan menggunakan medium agar tegak dicairkan kedalam pemanas air hingga suhunya 400 C kemuddan menuangkannya edalam cawan Petri sampai membeku, baru kemudian tenik isolalsi dilakukan. Pada teknik isolasi menggunakan sample alkalin atau bakter pada umunya, yang telah dibiakkan didalam tabung reaksi miring setelah itu diinkubasikkan selama 1x24 jam dilakukan pengamatan.









  • Pada pengamatan pertama

    • Cawan Petri dengan menggoreskan jarum inokulum secara garis lurus, yaitu terdapat koloni mikroba yang terdapat disampingnya garis dan berada digaris tersebut, dan berbentuk bulat dengan warna putih suram.


    • Cawan Petri dengan menggoreskan jarum inokulum secara garis zigzag, yaitu terdapat koloni mikroba yang terdapat disampingnya garis dan berada digaris tersebutdengan mengumpul, dan berbentuk bulat dengan warna putih suram.


    • Cawan Petri dengan menggoreskan jarum inokulum secara garis segitiga, yaitu terdapat koloni mikroba yang terdapat disampingnya garis dan berada digaris tersebut dengan menyebar dipermukaan medium, dan berbentuk bulat dengan warna putih suram.





  • Pengamatan ke-2

    • Cawan Petri dengan menggoreskan jarum inokulum secara garis lurus, yaitu terdapat pertambahan koloni mikroba yang terdapat disampingnya garis dan berada digaris tersebut menyebar hamper rata dipermukaan medium cawan petri, dan berbentuk bulat dengan warna putih suram.


    • Cawan Petri dengan menggoreskan jarum inokulum secara garis zigzag, yaitu terdapat pertambahan koloni mikroba yang terdapat disampingnya garis dan berada digaris tersebut dan menyebaar diseluruh permukaan cawan petri, dan berbentuk bulat dengan warna putih suram.


    • Cawan Petri dengan menggoreskan jarum inokulum secara garis segitiga, yaitu terdapat pertambahan koloni mikroba yang terdapat disampingnya garis dan berada digaris tersebut secara menyebar dipermukaan seluruh medium cawan Petri hamper tertutup, dan berbentuk bulat dengan warna putih suram.


Pada pengamatan telah didapat bahwa bakteri yang di inokulasikan pada masing-masing cawan Petri dengan cara menggoreskan memakai jarum inokulum dengan garis zigzag, lurus, dan segitiga tidak hanya terdapat di garis-gasir tersebut bahkan menyebar di seluru permukaan cawan Petri. Adapu mikroba yang tidak diinginkan perumbuhannya yaitu diseluruh permukaan cawan Petri mungkin dikarenakan bahwa cawan Petri, alat maupun bahan yang elah digunakan kurang steril, ataupun mikroba tersebut dikarenakan boleh jadi melalui udara atau tangan dari praktikan yang kurang steril.
Menurut Hadioeutomo (1993: 33), mikroorganisme terdapat dimana-mana dan karena harus sangat berhati-hati untuk mencegah masuknya mikroorganisme yang tidak dikehendaki kedalam biakan murni. Mikroorganisme luar yang tidak dikehendaki itu dapat masuk melalui kontak langsung dengan permukaan atau tangan yang tercemar, tersentuhnya media atau permukaan tabung bagian dalam yang belum tersterilkan, ataupun melalui aliran udara.













BAB V
PENUTUP


5.1 Kesimpulan
Dalam suatu substrat atau media dapat tumbuh dari satu jenis mikroorganisme, dengan demikian lalu dikembangkan suatu teknik pemisahan yang disebut teknik isolasi, sehingga diperoleh atau biakan yang hanya terdiri dari satu jenis mikroorganisme saja yang disebut biakan murni.
Ada dua macam teknik isolasi yaitu:

  • Teknik menggores adalah apabila mikroorganisme berada dalam suatu suspensi atau suatu padatan, lalu dengan jarum inokulasi diambil dan digoreskan pada medium tertentu maka cara ini disebut cara menggores


  • Teknik menuang yaitu apabila mikroorganisme yang akan dipisahkan berada dalam satu suspensi, untuk memisahkan dituangkan kedalam medium tertentu maka disebut teknik menuang.

Pada pengamatan telah didapat bahwa bakteri yang di inokulasikan pada masing-masing cawan Petri dengan cara menggoreskan memakai jarum inokulum dengan garis zigzag, lurus, dan segitiga tidak hanya terdapat di garis-gasir tersebut bahkan menyebar di seluru permukaan cawan Petri.
Mikroorganisme terdapat dimana-mana dan karena harus sangat berhati-hati untuk mencegah masuknya mikroorganisme yang tidak dikehendaki kedalam biakan murni. Mikroorganisme luar yang tidak dikehendaki itu dapat masuk melalui kontak langsung dengan permukaan atau tangan yang tercemar, tersentuhnya media atau permukaan tabung bagian dalam yang belum tersterilkan, ataupun melalui aliran udara.


5.2 Saran

  • Asisten satu dengan yang lain harus konsisten terhadap format laporan agar tidak terjadi refisi secara berulang-ulang.

siklus Menstruasi

Lamanya Siklus Menstruasi
Lamanya Siklus Menstruasi
Ovulasi, hanya terjadi satu hari saja dalam satu siklus dan bila tidak terjadi kehamilan, 2 minggu kemudian diikuti oleh masa menstruasi. Biasanya jangka waktu antara ovulasi dan menstruasi berikutnya tidaklah berbeda jauh. Sebagaimana digambarkan di bawah ini, lamanyanya siklus menstruasi bergantung pada variasi waktu sejak awal siklus sampai ovulasi.

Lamanya waktu sejak awal menstruasi sampai ovulasi bisa bermacam-macam. Ovulasi seringkali tertunda pada saat-saat seseorang mengalami stres, masa menyusui dan masa pra menopause.
Pada satu hari ovulasi dalam suatu siklus, satu atau dua sel telur siap untuk dibuahi. Hidup sel telur tidak lebih dari 24 jam, sedangkan masa hidup sel sperma berbeda-beda. Bila tidak ada lendir yang menunjang kelangsungan hidupnya, sel sperma tidak bisa bertahan hidup lebih dari satu jam atau sekitar itu. Namun dengan adanya lendir cervix yang baik, sel sperma bisa bertahan hidup sampai 2 atau 3 hari, bahkan kadang bisa sampai 4 atau 5 hari lamanya.
Hormon & Reproduksi
Reproduksi manusia yang normal melibatkan interaksi antara berbagai hormon dan organ, yang diatur oleh hipotalamus (suatu daerah di otak).
Pada pria dan wanita, hipotalamus menghasilkan hormon yang disebut
releasing factors (RH).

RH berjalan ke hipofisa (sebuah kelenjar yang terletak di bawah hipotalamus) dan merangsang hipofisa untuk melepaskan hormon lainnya. Misalnya gonadotropin-releasing hormones (dihasilkan oleh hipotalamus) merangsang hipofisa untuk menghasilkan luteinizing hormone (LH) dan follicle-stimulating hormone (FSH).
LH dan FSH merangsang pematangan kelenjar reproduktif dan pelepasan hormon seksual:
Ovarium pada wanita melepaskan estrogen
 Testis pada pria melepaskan androgen (misalnya testosteron).
Hormon seksual juga dilepaskan oleh
kelenjar adrenal, yang terletak di atas ginjal.
Pola pelepasan hormon dan kadar hormon di dalam darah merupakan petunjuk dari adanya perangsangan maupun penghambatan dalam pelepasan LH dan FSH oleh hipofisa. Misalnya, penurunan kadar hormon seksual merangsang hipofisa untuk melepaskan lebih banyak LH dan FSH.
Hormon dilepaskan setiap 1-3 jam, karena itu kadar hormon di dalam darah biasanya turun naik.


PUBERTAS
Pubertas adalah masa awal pematangan seksual, yaitu suatu periode
dimana seorang anak mengalami perubahan fisik, hormonal dan seksual serta mampu mengadakan proses reproduksi. Pubertas berhubungan dengan pertumbuhan yang pesat dan timbulnya ciri-ciri seksual sekunder.
Pada saat lahir, kadar LH dan FSH adalah tinggi, tetapi beberapa bulan kemudian menurun dan tetap rendah sampai masa pubertas.
Pada awal masa pubertas, kadar kedua hormon tersebut meningkat, sehingga merangsang pembentukan hormon seksual. Peningkatan kadar hormon menyebabkan:


  • Pematangan payudara, ovarium, rahim dan vagina


  • Dimulainya siklus menstruasi


  • Timbulnya ciri-ciri seksual sekunder (misalnya rambut kemaluan dan rambut ketiak).

Perubahan tersebut terjadi secara berurutan selama masa pubertas sampai terjadi kematangan seksual.
Pada anak perempuan, perubahan yang pertama kali terjadi pada masa pubertas biasanya adalah penonjolan payudara, yang segera diikuti dengan tumbuhnya rambut kemaluan dan rambut ketiak. Jarak antara penonjolan payudara dengan siklus menstruasi yang pertama biasanya sekitar 2 tahun.
Bentuk tubuh berubah dan persentase lemak tubuh bertambah. Pertumbuhan badan yang pesat (terutama penambahan tinggi badan) biasanya dimulai sebelum payudara membesar. Selain itu dari vagina keluar cairan yang jernih atau keputihan dan terjadi penambahan lebar tulang panggul.
Pertumbuhan badan relatif paling cepat terjadi pada masa awal pubertas (sebelum siklus menstruasi mulai). Lalu pertumbuhan menjadi lambat dan biasanya berhenti pada usia 14-16 tahun. Pada anak laki-laki adalah sebaliknya, pertumbuhan badan yang paling pesat terjadi pada usia 13-17 tahun dan terus berlangsung sampai awal 20 tahun.
Pada anak perempuan, pubertas biasanya terjadi pada usia 9-16 tahun. Anak perempuan rata-rata mengalami masa pubertas 2 tahun lebih awal daripada anak laki-laki.
Usia pubertas tampaknya dipengaruhi oleh kesehatan dan gizi anak, juga faktor sosial-ekonomi dan keturunan.
Anak perempuan yang agak gemuk cenderung mengalami siklusnya yang pertama lebih awal, sedangkan anak perempuan yang kurus dan kekurangan gizi cenderung mengalami siklusnya yang pertama lebih lambat. Siklus yang pertama juga terjadi lebih awal pada anak perempuan yang tinggal di kota.

SIKLUS MENSTRUASI
Menstruasi adalah pelepasan dinding rahim (endometrium) yang disertai dengan perdarahan dan terjadi secara berulang setiap bulan kecuali pada saat kehamilan. Menstruasi yang pertama kali (disebut menarke) paling sering terjadi pada usia 11 tahun, tetapi bisa juga terjadi pada usia 8 tahun atau 16 tahun. Menstruasi merupakan pertanda masa reproduktif pada kehidupan seorang wanita, yang dimulai dari menarke sampai terjadinya menopause.
Hari pertama terjadinya perdarahan dihitung sebagai awal setiap siklus menstruasi (hari ke-1). Siklus berakhir tepat sebelum siklus menstruasi berikutnya.
Siklus menstruasi berkisar antara 21-40 hari. Hanya 10-15% wanita yang memiliki siklus 28 hari.
Jarak antara siklus yang paling panjang biasanya terjadi sesaat setelah menarke dan sesaat sebelum menopause.
Pada awalnya, siklus mungkin tidak teratur. Jarak antar 2 siklus bisa berlangsung selama 2 bulan atau dalam 1 bulan mungkin terjadi 2 siklus. Hal ini adalah normal, setelah beberapa lama siklus akan menjadi lebih teratur.
Siklus dan lamanya menstruasi bisa diketahui dengan membuat catatan pada kalender.Dengan menggunakan kalender tersebut, tandailah siklus anda setiap bulannya. Setelah beberapa bulan, anda bisa mengetahui pola siklus anda dan hal ini akan membantu anda dalam memperkirakan siklus yang akan datang.
Tandai setiap hari ke-1 dengan tanda silang, lalu hitung sampai tanda silang berikutnya. Dengan demikian anda dapat mengetahui siklus anda.
Setiap bulan, setelah hari ke-5 dari siklus menstruasi, endometrium mulai tumbuh dan menebal sebagai persiapan terhadap kemungkinan terjadinya kehamilan.
Sekitar hari ke-14, terjadi pelepasan telur dari ovarium (ovulasi). Sel telulr ini masuk ke dalam salah satu tuba falopii. Di dalam tuba bisa terjadi pembuahan oleh sperma. Jika terjadi pembuahan, sel telur akan masuk ke dalam rahim dan mulai tumbuh menjadi janin. Pada sekitar hari ke-28, jika tidak terjadi pembuahan, maka endometrium akan dilepaskan dan terjadi perdarahan (siklus menstruasi). Siklus bisa berlangsung selama 3-5 hari, kadang sampai 7 hari. proses pertumbuhan dan penebalan endometrium kemudian dimulai lagi pada siklus berikutnya.

Siklus menstruasi terbagi menjadi 3 fase:

  1. Fase Folikuler

Dimulai dari hari 1 sampai sesaat sebelum kadar LH meningkat dan terjadi pelepasan sel telur (ovulasi). Dinamakan fase folikuler karena pada saat ini terjadi pertumbuhan folikel di dalam ovarium.
Pada pertengahan fase folikuler, kadar FSH sedikit meningkat sehingga merangsang pertumbuhan sekitar 3-30 folikel yang masing-masing mengandung 1 sel telur. Tetapi hanya 1 folikel yang terus tumbuh, yang lainnya hancur.

Pada suatu siklus, sebagian endometrium dilepaskan sebagai respon terhadap penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron.
Endometrium terdiri dari 3 lapisan. Lapisan paling atas dan lapisan tengah dilepaskan, sedangkan lapisan dasarnya tetap dipertahankan dan menghasilkan sel-sel baru untuk kembali membentuk kedua lapisan yang telah dilepaskan.
Perdarahan menstruasi berlangsung selama 3-7 hari, rata-rata selama 5 hari. Darah yang hilang sebanyak 28-283 gram. Darah menstruasi biasanya tidak membeku kecuali jika perdarahannya sangat hebat.


  1. Fase Ovulatoir

Fase ini dimulai ketika kadar LH meningkat dan pada fase ini dilepaskan sel telur. Sel telur biasanya dilepaskan dalam waktu 16-32 jam setelah terjadi peningkatan kadar LH.
Folikel yang matang akan menonjol dari permukaan ovarium, akhirnya pecah dan melepaskan sel telur. Pada saat ovulasi ini beberapa wanita merasakan nyeri tumpul pada perut bagian bawahnya; nyeri ini dikenal sebagai
mittelschmerz, yang berlangsung selama beberapa menit sampai beberapa jam.

  1. Fase Luteal

Fase ini terjadi setelah ovulasi dan berlangsung selama sekitar 14 hari.
Setelah melepaskan telurnya, folikel yang pecah kembali menutup dan membentuk
korpus luteum yang menghasilkan sejumlah besar progesteron.

Progesteron menyebabkan suhu tubuh sedikit meningkat selama fase luteal dan tetap tinggi sampai siklus yang baru dimulai.
Peningkatan suhu ini bisa digunakan untuk memperkirakan terjadinya ovulasi.

Setelah 14 hari, korpus luteum akan hancur dan siklus yang baru akan dimulai, kecuali jika terjadi pembuahan.
Jika telur dibuahi, korpus luteum mulai menghasilkan
HCG (human chorionic gonadotropin). Hormon ini memelihara korpus luteum yang menghasilkan progesteron sampai janin bisa menghasilkan hormonnya sendiri.
Tes kehamilan didasarkan kepada adanya peningkatan kadar HCG.